Senin, 22 Oktober 2007

KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZUL HIJJAH

Dari Abdullah bin Abbas rodhiallahu anhu anak baginda Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam berkata: ” Rasulullah shollallhu alaihi wasallam bersabda:

”Tidak ada hari-hari yang Alloh lebih cintai untuk beramal sholih daripada hari-hari ini yaitu sepuluh (pertama) dari bulan Dzul Hijjah. Para shahaba bertanya:”Wahai Rasulullah, tidak pula berjihad di jalan Allo?, beliau menjawab:”Tidak pula berjihad di jalan Alloh, kecuali seseorang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali, baik jwa maupun hartanya (mati syahid).”

Riwayat Hadits

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dalam Kitab Al’Idain Bab Fadhlil ’Amal fi Ayyamit Tasyriq no. 979 dengan lafazh yang sedikit berbeda, tapi mengandung makna yang sama. Sedangkan lafazh hadits ini diriwayatkan Abu Dawud dalam Kitabush Shaum Bab fi Shaumil ’Asyr no. 757, dan Ibnu Majah dalam Kitabush Shiyam Bab Shiyamil ’Asyr no.1727. Para ulama ahlul hadits menghukumi hadits ini sebagai hadits yang shahih.

Kandungan Hadits

Nabi Muhammad shollallahu alaihi wasallam adalah seorang rasul (utusan) Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang memiliki sifat belas kasih, penyayang, dan sangat antusias (semangat) memberikan bimbingan kepada umatnya agar mereka saling berlomba-lomba dalam beramal shalih sebagai tabungan untuk masa depan yang abadi (di akhirat kelak) Alloh Subhanahu Wa Ta’ala berfirman (artinya): ”Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang Rasul (Nabi Muhammad) dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalia, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mi’min.”(At-Taubah:128)

Dari sahabat Abu Hurairah rodhiallahu anhu, beliau berkata:”Bahwa Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

”Segeralah beramal (supaya terlepas/jauh) dari fitnah, karena fitnah itu ibarat potongan-potongan malam yang gelap. Di pagi hari seseorang itu dalam keadaan mu’min dan di sore harinya telah menjadi kafir, atau di sore harinya ia dalam keadaan mu’min dan di pagi harinya telah menjadi kafir. Karena ia menjual agamanya dengan sedikit dari bagian dunia.”(HR.Muslim no. 168)

Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, oleh karena itu Rasulullah shollallhu alaihi wasallam mengkhabarkan tentang keutamaan sepuluh hari pertama bulan Dzul Hijjah sebagai dorongan kepada umatnya agar memperbanyak ibadah pada hari-hari tersebut. Karena ibadah pada hari-hari tersebut lebih Alloh Subhanahu Wa Ta’ala cintai dibanding pada hari-hari di bulan selainnnya.

Di dalam Al-Quran Karim, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala juga menyebutkan tentang keutamaan sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah seperti dalam firman-Nya (artinya):

”Dan serulah manusia untuk menunaikkan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki dan ada yang mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh. Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaa bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Alloh pada hari-hari yang telah ditentukan...” (Al-Hajj:27-28)

Sahabat Ibnu Abbas rodhiallahu anhu menafsirkan maksud dari hari-hari yang telah ditentukan adalah pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah, sebagaimana yang disebutkan Al Imam Al Bukhari dalam Shahih-nya secara mu’allaq. (Lihat dala Kitab al-’Idain Bab Fadhlil Amal fi Ayyamit Tasyriq no.979)

Ini juga penafsiran dari Abu Musa Al-Asy’ari rodhiallahu anhu, Mujahid, Qatadah, Atha’, Sa’id bin Jubair, hasan Al Bashri, Adh Dhahak, Atha’ Al Kurasani, Ibrahim An Nakha’i, dan juga merupakan pendapat madzab Asy Syafi’i serta pendapat yang mashur dari Al Imam Ahmad bin Hanbal. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir pada surat Al Hajj ayat ke- 28)

Ayat di atas mengandung adanya perintah dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala untuk memperbanyak dzikir (ibadah) pada hari-hari yang telah ditentukan yaitu pada sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah.

Sehingga memperbanyak dzikir (ibadah) pada sepuluh hari dibulan Dzul Hijjah bukan sekedar anjuran dari Rasulullah shollallhu alaihi wasallam semata, namun merupakan perintah langsung dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Demikian juga dari ayat lain yang menunjukkan keutamaan sepuluh hari pertama dari bulan Dzul Hijjah yaitu firman-Nya (artinya):”Dan demi malam yang sepuluh.”(Al-Fajr:2)

Di antara tafsiran yang dimaksud pada malam yang sepuluh adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah. Ini merupakan tafsiran sahabat Ibnu Abbas rodhiallahu anhu, Ibnu Zubair, Mujahid, dan ulama salaf lainnya. Pendapat ini yang dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya (Tafsir Ibnu Katsir) dan demikian pila Ibnul Qayim dalam Zadul Ma’ad 1/56.

Dalam ayat ini Alloh Subhanahu Wa Ta’ala bersumpah dengan malam yang sepuluh yaitu sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah, hal ini menunjukkan adanya keutamaan dan kemuliaan pada hari-hari tersebut.

Keutamaan pada sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah telah dijelaskan Rasululloh shollallahu alaihi wasallam dalam haditsnya yang diriwayatkan sahabat Ibnu Abbas di atas. Yaitu bahwa beramal shalih pada hari-hari tersebut lebih Alloh Subhanahu Wa Ta’ala cintai daripada hari-hari sebelumnya.

Apalagi pada sepuluh hari di bulan Dzul Hijjah terdapat dua hari besar bagi umat islam, Hari Arafah dan hari Idul Adha.

Hari Arafah adalah hari dimana para jama’ah haji wukuf di padang Arafah pada tanggal 9 Dzul Hijjah sebagai salah satu rukun haji, sehingga pada tanggal itu dikenal dengan Hari Arafah. Pada hari itu juga disunnahkan (dianjurkan) bagi umat Islam selain jama’ah haji untuk bershaum (puasa) yang dikenal dengan shaum Arafah.

Dari sahabat Abu Qatadah Al Anshari rodhiallahu anhu berkata:”Sesungguhnya Rasulullah shollallhu alaihi wasallam pernah ditanya tentang shaum pada Hari Arafah, maka beliau shollallhu alaihi wasallam menjawab:

”Menghapuskan dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya.”(HR.Muslim)

Pada Hari Arafah juga merupakan hari yang paling banyak Alloh Subhanahu Wa Ta’ala mengeluarkan manusia dari api neraka. Sebagaiman hadits dari shahabiyah ’Aisyah, bahwa Rasulullah shollallhu alaihi wasallam bersabda:

”Tidak ada suatu hari yang lebih banyak Alloh membebaskan penghuni api neraka dibandingkan pada hari Arafah.”(HR.Muslim no.1348)

Sedangkan pada tanggal 10 Dzul Hijjah merupakan seutama-utamanya hari di sisi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Rasulullah shollallhu alaihi wasallam bersabda:

”Hari yang paling utama/mulia di sisi Alloh adalah hari kurban (Idul Adha) dan hari Al-Qarri (yaitu pada 11 Dzul Hijjah di saat jama’ah haji tinggal di Mina.).”(HR.Abu Dawud no.1765, dishahihkan oleh Asy Syaih Al Albani)

Karena pada hari ini adalah Hari Idul Adha yang dijadikan sebagai hari Raya Umat Islam. Pada hari ini pula para jama’ah haji menyelesaikan sebagian besar dari manasik hajinya termasuk di antaranya menyembelih hewan kurban. Sehingga pada hari ini disebut sebagai Al Hajjul Akbar (Haji Akbar), sebagaimana firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala (artinya): ”Dan inilah suatu pemakluman dari Alloh dan Rasul-Nya kepada umat islam pada hari raya haji...”(At-Taubah:3)

Al Imam Abu Dawud membawakan riwayat dari sahabat Abdullah bin Umar rodhiallahu anhu, bahwa rasulullah shollallhu alaihi wasallam bersabda:

”Hari haji akbar adalah pada Hari Raya Kurban (Idul Adha).”(HR.Abu Dawud no. 1945 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani)

Apa Yang Kita Lakukan pada Sepuluh Hari Pertama di Bulan Dzul Hijjah?

Para pembaca yang semoga dirahmati Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, tentunya bila kita menginginkan al jannah (surga) dan terjauhkan dari an nar (neraka), mari kita berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas dari ibadah kita. Seperti menghidupkan shalat-shalat nawafil (sunnah) seperti shalat rawatib ba’diyah ataupun qabliyah dari shalat-shalat lima waktu, shalat sunnah dhuha, dan selainnya, ataupun shaum-shaum sunnah seperti shaum hari senin dan kamis, shaum sunnah dawud (satu hari shaum kemudian hari berikutnya berbuka dan seterusnya) ataupun berlomba-lomba untuk bershadaqah (berinfaq). Demikian juga, jangan lupa mari kita perbanyak dzikrullah dengan membaca tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir.

Rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

”Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Alloh dan lebih dicintai-Nya daripada beramal shalih di sepuluh pertama (di bulan Dzul Hijjah), maka perbanyaklah tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir pada hari-hari itu.”(HR.Al Bukhari dalam Al Kabir, dan juga Abu Dawud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan selainnya).

Manakah yang Lebih Utama antara Sepuluh Hari Pertama Bulan Dzul Hijjah dengan Sepuluh Malam Terakhir Bulan Ramadhan?

Kita telah tahu bahwa pada salah satu malam dari sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan terdapat satu malam yang lebih utama daripada seribu bulan, Al-Quran dan para malaikat-Nya turun pada malam itu juga, yang dikenal dengan malam Lailatul Qadar sebagaimana dalam surat Al-Qadr. Pada malam itu pula Alloh Subhanahu Wa Ta’ala membuka pintu maghfirah (ampunan)-Nya.

Dari sahabat Abu Hurairah rodhiallahu anhu, rasulullah shollallahu alaihi wasallam bersabda:

”Barang siapa yang shalat pada malam lailatul qadr dengan penuh iman dan pengharapan niscaya akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”(HR.Al Bukhari dan Muslim)

Kendati demikian, hal ini tidaklah bertentangan dengan sepuluh hari pertama di bulan Dzul Hijjah. Karena keutamaan sepuluh hari di bulan Dzul Hijjah terkait pada waktu malam harinya. Sehingga dapatlah ditarik kesimpulan bahwa amalan shalih pada siang hari pada sepuluh pertama di bulan Dzul Hijjah itu lebih utama daripada di siang hari pada bulan-bulan selain bulan Dzul Hijjah. Sedangkan amalan shalih pada sepuluh malam terakhir di bulan ramadhan itu lebih utama daripada di malam hari di bulan-bulan selain bulan ramadhan. Wallahu a’lam bishshowab.

Akhir kata, semoga tulisan yang ringkas ini menjadi penyejuk hati dan pelepas dahaga dalam berlomba-lomba mencari kebaikan dan beramal shalih. Dan semoga kita semua dimudahkan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta’ala untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Amin, ya Rabbal Alamin. (Oleh:Tim Redaksi)

(Sumber Buletin Islam AL ILMU Edisi : 127/XII/IV/1427)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Oi, achei seu blog pelo google está bem interessante gostei desse post. Gostaria de falar sobre o CresceNet. O CresceNet é um provedor de internet discada que remunera seus usuários pelo tempo conectado. Exatamente isso que você leu, estão pagando para você conectar. O provedor paga 20 centavos por hora de conexão discada com ligação local para mais de 2100 cidades do Brasil. O CresceNet tem um acelerador de conexão, que deixa sua conexão até 10 vezes mais rápida. Quem utiliza banda larga pode lucrar também, basta se cadastrar no CresceNet e quando for dormir conectar por discada, é possível pagar a ADSL só com o dinheiro da discada. Nos horários de minuto único o gasto com telefone é mínimo e a remuneração do CresceNet generosa. Se você quiser linkar o Cresce.Net(www.provedorcrescenet.com) no seu blog eu ficaria agradecido, até mais e sucesso. (If he will be possible add the CresceNet(www.provedorcrescenet.com) in your blogroll I thankful, bye friend).