Senin, 08 Oktober 2007

NABI SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM TAK SEGAN MEMBANTU ISTRI

NABI SHOLALLAHU ALAIHI WASALLAM TAK SEGAN MEMBANTU ISTRI

Kerendahan hati tak lepas dari perangai Nabi Muhammad sholallahu alaihi wasallam.Kedudukan beliau sholallahu alaihi wasallam ysng tinggi tidak menghalangi untuk berbaur dengan istri-istrinya dalam menuntaskan pekerjaan rumah tangga secara bersama-sama.


Seorang muslim yang muwaffaq (mendapatkan taufiq) seharusnya memiliki antusiasme untuk mengetahui kesibukan nabi shollallahu alaihi wasallam, manakala beliau berada di dalam rumah bersama istri-istrinya. Agar usahanya dalam mengikuti jejak rasulullah shollallahu alaihi wassalam semakin baik. Sebagaimana semangat al-Aswad bin Yazid bin Qais,seorang dari kalangan muhadhram(orang yang beriman di masa rasulullah masih hidup, akan tetapi belum sempat berjumpa dengan beliau), yang secara khusus menanyakan perihal tersebut kepada Ummul Mukminin, Aisyah rodhiollahu anhu.


Pasalnya, ada banyak masalah yang tidak terjangkau oleh umum. Tidak ada jalan untuk mengetahuinya selain melontarkan pertanyaan langsung kepada orangorang terdekat rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Dalam hal ini, para istri rasullah shollallhu alaihi wasallam.dari al Aswad, ia berkata : Aku bertanya (kepada) Aisyah rodhiallahu anhu :”Apakah yang dikerjakan rasulullah sholallahu alaihi wasallam bersama istri-istrinya?” Dia shollallhu alaihi wasallam menjawab,”Beliau berada dalam pekerjaan istri-istrinya(yakni membantu mereka). Jika (waktu) shalat telah tiba, beliau keluar (rumah) menuju shalat ”1


Dalam riwayat lain dari Urwah, Aisyah rodhiallohu anhu menguraikan bahwa di dalam rumah rasulullah melakukan:

Sebagaimana yang diperbuat oleh salah seorang dari kalian:memperbaiki sandalnya, menambal bajunya dan menjahit.


Dalam riwayat yang berbeda: Aisyah rodhiallahu anhu berkata:

Beliau shollallahu alaihi wasallam seperti manusia kebanyakan: memeriksa bajunya dan memerah (susu)kambing.


Al-Hafizh Ibnu Hajar rodhiallohu anhu mengutip keterangan Ibnu baththal yang menyimpulkan kandungan hadits di atas (hadits pertama), dengan berkata:”Di antara budi pekerti para nabi, (yaitu)tawadhu’ dan jauh dari gaya hidup mewah, serta menyederhanakan gaya hidupnya agar diteladani (umat). Dan supaya mereka tidak hanyut dalam kehidupan mewah yang tercela.”(Lihat al Fath. 10/461).


Oleh karena itu, siapa saja yang ingin mengalahkan orang-orang dalam hal papan, sandang dan kendaraan, serta segala sesuatu, hendaknya mengambil ibrah dari sirah (perjalanan hidup) Nabi di atas.


Diadaptasi dari Syarh Shahihil-Adabil-Murfad. Takhrij Syaikh Muhammad Nashirudin al Albani hadits no.418,419,420, karya Husain bin ‘Audah al’Awayisyah, cetakan I/1423H. al Makbatah al Islamiyah(Majalah As-sunah edisi 02/tahunXI/1428H/2007M)

Tidak ada komentar: